ASKEP GASTRITIS
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gx kesehatan yg sering dijumpai di klinik krn dx. Sering
bds gejala klinis bukan Gastritis merupakan salah satu
penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam pada umumnya.
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan menyerang
laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok .
B. ANATOMI FISIOLOGI
Latar
Belakang
Lambung
sebagai reservoir makanan berfungsi menerima makanan/minuman, menggiling,
mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum. Lambung yang selalu
berhubungan dengan semua jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami
iritasi kronik. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mucus, tetapi oleh
karena beberapa faktor iritan seperti makanan, minuman, dan obat-obatan anti
inflamasi non-steroid (NSAID), alkohol dan empedu, yang dapat menimbulkan defek
lapisan mukosa dan terjadi difusi balik ion H+ sehingga timbul
gastritis akut/kronik atau ulkus gaster.
Dengan ditemukannya
kuman H. pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini dianggap H. Pylori
merupakan penyebab utama ulkus gaster, di samping NSAID, alkohol dan sindrom
Zollinger Ellison yang menyebabkan terjadinya peningkatan produksi dari hormon
gastrin sehingga produksi HCl pun turut meningkat.
Lambung
(bahasa Inggris:
stomach) atau ventrikulus
berupa suatu kantong yang terletak di bawah diafragma, berbentuk huruf J.
Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah
kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga
daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian
atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan . Fundus adalah
bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah, daerah
yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.
Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa,
submukosa, muscularis, dan serosa.
Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel
mengeluarkan berbagai jenis cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon.
Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk memperbesar perbandingan antara luas
dan volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang dapat dikeluarkan. Submukosa ialah lapisan dimana
pembuluh darah arteri
dan vena dapat
ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus
untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut. Muscularis adalah lapisan otot yang
membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan
otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari ketiga
macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik
menyebabkan makanan di dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan
pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk
mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

Gambar 1. Anatomi Gaster: 1.Esofagus, 2.Kardia, 3.Fundus, 4.Selaput
Lendir, 5.Lapisan Otot, 6.Mukosa Lambung, 7.Korpus, 8.Antrum Pilorik,
9.Pilorus, 10.Duodenum
Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel yang
berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel goblet (goblet cell),
sel parietal (parietal
cell), dan sel chief (chief cell).
Sel goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga
lapisan terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel
parietal berfungsi untuk memproduksi asam lambung (Hydrochloric acid)
yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal
memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman
dalam lambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi
untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif.
Sel chief memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak
mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan
kematian pada sel tersebut.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat
kelenjar-kelenjar yang menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan
selera terhadap makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung.
Getah lambung mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung
berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen
menjadi pepsin. Pepsin merupakan enzim yang dapat mengubah protein
menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang
melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat
pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan
oleh Ca2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya
renin susu
yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambung dan usus tanpa
sempat dicerna.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah
makanan menjadi lembut seperti bubur, disebut chime (kim) atau bubur makanan.
Otot lambung bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam
duodenum. Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi
(mengendur) jika tersentuh kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus
yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim.
Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan
membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang,
pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan
yang bersifat basa dibelakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.
Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi
segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif setelah 2 samapi 5 jam,
lambung kosong kembali.
Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf
maupun hormone. Impuls parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus
akan meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi
pengosongan lambung. Refleks pengosongan lambung ini akan dihambat oleh isi
yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman
ini disebabkan oleh hormone saluran cerna terutama sekretin dan
kholeistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa
bersama aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengosongan lambung
merupakan proses umpan balik humoral.
Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter
getah lambung yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan
pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencernaan, lender dan faktor
intrinsic yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan
denaturasi protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah.
Asam klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah
pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.
Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa
bersama makanan. Pengaturan sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada
pengaturan motilitas lambung serta pengosongannya, disini pun terjadi
pengaturan oleh saraf maupun hormone. Berdasarkan saat terjadinya, maka sekresi
getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus
(intestinal).
Fase sekresi
sefalik diatur sepenuhnya melalui saraf.
Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkan impuls saraf eferen, yang
disitem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasi nervus vagus akan
menyebabkan dibebaskannya asetilkolin dari dinding lambung. Ini akan
menyebabkan stimalus langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan
membebaskan gastrin dari sel G antrum. Melalui aliran darh, gastrin akan
samapai pada sel parietal dan akan menstimulasinya sehingga sel itu membebaskan
asam klorida. Pada sekresi asam klorida ini, histamine juga ikut berperan.
Histamin ini dibebaskan oleh mastosit karena stimulasi vagus. Secara tak
langsung dengan pembebasan histamine ini gastrin dapat bekerja.
Fase lambung, Sekresi getah lambung disebabkan oleh makanan yang masuk kedalam
lambung. Relaksasi serta rangsang kimia seperti hasil urai protein, kofein atau
lakohol, akan menimbulkan refleks kolinergik local dan pembebasan gastrin. Jika
pH turun dibawah 3, pembebasan gastrin akan dihambat.
Pada fase usus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan diikuti dengan
penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus duabelas jari
akan dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang
pengeluaran pepsinogen. Hambatan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh
kholesitokinin pankreozimin, terutama jika kim yang banyak mengandung lemak
sampai pada usus halus bagian atas.
Disamping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormone
saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresi dan motilitas. GIP (gastric
inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HCl dari lambung dan kemungkinan
juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar pankreas.
Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipotalamus
tetapi juga di sejumlah organ lainnya antara sel D mukosa lambung dan usus
halus serta kelenjar pankreas, menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan
pepsin lambung dan sekresi sekretin di usus halus. Fungsi endokrin dan eksokrin
pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon serta asam karbonat dan enzim
pencernaan). Disamping itu, ada tekanan sistemik yang tak berubah, pasokan
darah didaerah n. Splanchnicus akan berkurang sekitar 20-30%.

C.
D.
E.
F. ETIOLOGI
Gastritis Super Fisial Akut
•
Enkokrin bakteri dari stopylococus E.Colly atau
salmanela (masuk setelah makanan terkontaminasi)
•
Obat-obat NSAID (Indometosin, libiprofen, haproksen)
sulfanamida, steroid dan digitalis. Makanan yang berbumbu seperti lada, cuka,
mustard
•
Kafein, alkohol, asipirin
•
Makanan yang masuk dalam lambung meningkat dan
mengiritasi mukosa lambung
•
Refluks empedu atau terapi radiasi
G.
KLASIFIKASI
1.
Gastritis akut
merupakan iritasi mukosa lambung diakibatkan karena
diet yang tidak teratur. Dimana individu makan terlalu banyak atau terlalu
cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
penyebab. sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya,
merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritasi lokal
2. Gastritis Kronik
Merupakan iritasi lambung yang dapat disebabkan oleh
ulcus benigna atau maligna dari lambung. (Brunner and Suddarth, 2002 : 1062
•
Di bagi 3 :
1.
Gastritis Superfisial
•
à di epitel mukosa à edema, perdarahan, erosi pada saluran cerna.
2.
Gastritis Atropic
•
à kerusakan sebagian sel-sel kel. fundus à atropi lambung
3.
Gastritis Hypertropi
•
à fungsi kel. fundus menghilang à perdarahan sering terjadi
•
H.
TANDA DAN GEJALA
Gastritis Akuat
•
Adanya
keluhan abdomen tidak jelas, seperti anoreksia dan mual
•
Sakit
kepala
•
Mengalami
ketidaknyamanan, malaise
•
Nyeri
epigastrium
•
Muntah
dan cegukan
•
Pendarahan
•
Hematemesis
•
Beberapa
pasien asimtomatik
I.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
·
Diagnosa
ditentukan dengan endoskopi
·
Pemeriksaan
sinar x G.I atas
·
Pemeriksaan
Histologis
·
Tes
serologis dan tes pernafasan untuk mendeteksi H. pylori untuk mendapatkan
antibody terhadap antigen H. Pylor
·
Gastroskopi
·
Hb,
Ht
·
Serum
gastrin menurun atau normal
·
Endoskopi
·
Biopsi
mukosa
·
Analisis
cairan lam bung
·
Biopsi
lambung
·
Serum
vitamin B12
J.
PENATALAKSAAN MEDIK
•
Menghindari
makanan dan minuman yang meningkatkan sekresi asam lambung
•
Pemakaian
penghambat HO2 (seperti ranitidin untuk mengurangi sekresi asam, sukrafat atau
antacid dapat mempercepat penyembuhan)
•
Obat-obat
anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah.
•
Jika
terjadi muntah perlu keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan infus
vena
•
Lavase
jika terjadi korosif yang luas atau berat
K.
PATOFISIOLOGI
Gastritis Akut
•
Bakteri endotoksin / H. Pylori
•
Obat
NSAID, alkohol, kafein, aspirin.
•
Membran
mukosa lambung di iritasi bakteri endoktosin, oabt NSAID, alkoloh , kafein,
aspirin menjadi edema dan mukosanya memerah dan hiperemik (kongesti dengan
jaringan, cairan dan darah) dan akan mengalmai erosi superfiiaol.
•
Bagian
ini menskresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tetapi
banyak muncul, sehingga terajdi sekresi superfisial dan dapat menimbulkan
haemoragi yang dimanifestasikan hematemesi.
Gastritis Kronik
•
Helicobacter
Pylori
•
Faktor
predisposisi
•
Atrofi
progresif epitel kelenjar
•
Kehilangan sel pariental dan chief cell
Penurunan produksi asam klorida, pepsin dan faktor
intrinsik menurun menyebabkan dinding
lambung menjadi tipis Mukosa mulut mempunyai permukaan yang rata sehingga
terjadi Gastritis atropi kronik
L.
WOC GASTRITIS
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian
Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, ras,
suku bangsa, dan lain-lain
- Riwayat kesehatan / data subyektif
•
Keluhan pada
sistem pencernaan
•
Anoreksia
•
Nausea
•
Vomitus
•
Hematemesis (
frekuensi, durasi, lokasi )
2. Kebiasaan makan / pola makan
3. Riwayat penggunana obat
4. Tingkat stress yang meningkat
•
Gaya hidup :
perokok, alkohol, kafein
•
Psikososial :
Kaji kecemasan, pola tidur dan istirahat
•
Keluhan ketidak
nyamanan pada epigastrik / adbominal, tenderness
•
Pemeriksaan
fisik
•
Keterbatasan
aktivitas
•
Perubahan TTV
•
Tanda-tanda
distensi : merintih kesakitan keletihan
•
Pemeriksaan
abdomen :
•
Tenderness,
diare, epigastrik
•
Bising usus
meningkat
•
Distensi
•
Status nutrisi
:
•
Berat badan
•
Warna kulit
•
Turgor kulit
•
Anemia
2. PRIORITAS KEPERAWATAN
·
Mengurangi keluhan nyeri
·
Membantu klien dalam mengubah gaya hidup
·
Memberikan informasi tentang penyakit,
penatalaksanaan, dan tindakan pencegahan
·
Mempersiapkan klien untuk tindakan pembedahan, bila ada
indikasi
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Nyeri berhubungan
dengan iritasi mukosa lambung.
·
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan menurunnya nafsu makan, nausea,
muntah, nyeri.
·
Kurangnya volume
cairan b.d menurunnya intake cairan, muntah, perdarahan
·
Gangguan perfusi
jaringan b.d kerusakan pembuluh darah.
·
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan nyeri, nausea, kecemasan
·
Kurangnya pengetahuan
tentang faktor penyebab dan terapi diet
No
|
Tujuan
/ kreteria hasil
|
Diagnosa
|
Tgl
/ jam
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ttd
|
1
|
Goal: px akan mempertahankan,nyeri selama dalam
perawatan
Objektif: dalam jangka waktu 1x24 jam, ditandai
klien akan merasa nyaman, tampak rileks, asam lambung berkurang ditandai nyeri ulu hati dan perut bagian kiri
berkurang
|
Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan asam
lambung
|
|
1.
Kaji tingkat nyeri pasien, lokasi intesitas, frekwensi. (skala nyeri)
2.
Observasi TTV
3.
Identifikasi faktor yg meningkatkan & menurunkan nyeri (makanan, obat2an)
4.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
5.
Berikan suasana yang tenang agar pasien dapat beristrahat
6.
Berikan perawatan oral & tindakan kenyamanan mis. Pijatan punggung
& perubahan posisi
7.
Kolaborasi dengan Dokter untuk
dpemberian analgesik
|
1.
sebagai data awal dalam menegakan masalah keperawatan
2.
Sebagai data dasar intervensi selanjutnya.
3.
Sebagai data dasar intervensi selanjutnya.
4.
Teknik distraksi dan relaksasi
dapat menurunkan ambang nyeri
yang dialami pasien
5.
Istrahat dapat mengurangi rasa nyeri
yang dialami pasien.
6.
Meningkatkan rasa nyaman
7.
Menurunkan tingkat nyeri yang dialami pasien
|
|
2
|
Goal: px akan
mempertahankan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuh selamalam dalam
perawatana
Objektif: dalam jangka
waktu 3x24 jam nafsu makan kembali membaik yang ditandai
menghabiskan porsi mkan yang
disajikan, mukosa bibir normal.
|
Resti nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan
|
|
1.
Kaji jumlah makan yang masuk
2.
Berikan makan yang
bervariasi menurut dietny untuk
merangsang nafsu makan
3.
Ajarkankeluarga dan pasien dalam porsi kecil tapi sering.
4.
Timbang BB setiap hari
5.
Gunakan susu biasa dari pada usus krim, bila susu dimungkinkan.
6.
Kolaboasi: Berikan obat sesuai indikasi : siprofeptadin (periactin)
|
1.
Untuk mengetahui jumlah makan yang dikonsumsi
2.
Agar pasien termotifasi dan dapat meransang nafsu makan.
3.
Mencegah iritasi pada gaster untuk mengurangi perasaan panik pada
lambung dan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
4.
Mengetahui perkembangan status nutrisi
5.
Untuk mengurangi peningkatan asam lambung dan melindungsi sawar mukosa
6.
Menurunkan asam lambung dan melindungis mukosa lambung
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Chung,
ek, penuntun praktis penyakit dalam , jakarta, egc, 1996
Doenges,
marylinn e, rencana asuhan keperawatan, jakarta, egc, 1998
Engram,
barbara, rencana asuhan keperawatan medikal bedah volume 2, jakarta, egc, 1998
Guyton
& Hall, ( 2002 ), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Edisi 9,Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito, ( 2001 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan ,Edisi 8 ,Jakarta : EGC.
Long,
c, barbara, perawatan medikal bedah 2, bandung, iapk, 1996
Noer,
sjaifoellah, buku ajar ilmu penyakit dalam, jakarta, fkui, 1996
Price,Sylvia A. ( 2006 ), Patofisiologi Edisi 6, Jakarta: EGC
Price,
sylvia anderson, patofisiologi buku i jakarta, egc, 1994
…….,